Tampilkan postingan dengan label Media Online. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Media Online. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Juni 2022

Mati Sahid saat Haji, Ini Potret Kepulangan Jenazah Bung Tomo ke RI Penuh Haru

Mati Sahid saat Haji, Ini Potret Kepulangan Jenazah Bung Tomo ke RI Penuh Haru

Merdeka.com - Siapa yang tidak mengenal Bung Tomo. Salah satu pahlawan Nasional ini telah memberikan kobaran semangat menghadapi serta mengusir penjajah Belanda. Khususnya masyarakat Kota Surabaya. Jasa dan perjuangannya pun akan selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Bung Tomo meninggal dunia pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah. Pahlawan Nasional ini menutup usia saat tengah menunaikan ibadah haji. Jasadnya pun disambut haru oleh masyarakat Surabaya setelah 8 bulan tertunda.

Wafat di Padang Arafah
Melansir dari suaramuhammadiyah, Bung Tomo bersama dua putrinya menunaikan ibadah haji pada tahun 1981. Bung Tomo berangkat dari Indonesia ke Tanah Suci pada September 1981. Namun, saat ulang tahunnya ke-61 atau tepatnya 3 Oktober 1981, Bung Tomo tak sadarkan diri karena sakit.

Menurut hasil pemeriksaan dokter di Rumah Sakit Kerajaan Arab Saudi, pahlawan Nasional ini menderita komplikasi hidrasi serta stroke. Setelah dua hari tak sadarkan diri, Bung Tomo sempat siuman. Karena tak bisa diwakilkan, pada 9 Dzulhijjah Bung Tomo melakukan wukuf di Arafah.

Karena masih sakit, Bung Tomo berangkat dengan ditandu. Namun Allah SWT rupanya memiliki rencana lain. Bung Tomo mengembuskan napas terakhir saat wukuf di Padang Arafah.

Proses Pemindahan Jenazah
Jenazah Bung Tomo tidak langsung dibawa ke Tanah Air untuk dimakamkan. Keluarga dan masyarakat Indonesia harus menunggu kedatangan jenazah sang pahlawan selama 8 bulan. Kepulangannya pun juga berkat ikhtiar keluarga dan bantuan dari berbagai pihak.

Bantuan diplomasi dari Departemen Luar Negeri dan Fatwa MUI mampu memudahkan persoalan pemindahan jenazah. Putra kedua Bung Tomo, Bambang Sulistomo dengan dua dokter ahli forensik akhirnya terbang ke Mekkah. Para petugas yang menguburkan Bung Tomo juga dapat ditemukan.

Dijelaskan, jenazah Bung Tomo dalam identifikasi tidak mengalami kesulitan yang berarti. Setelah ditemukan, jenazah kemudian dibawa dan dipulangkan ke Tanah Air. Jenazah Bung Tomo diterbangkan dengan menggunakan pesawat Hercules TNI. Keluarga pun sepakat untuk memakamkan jenazah Bung Tomo di Ngagel Rejo, Jalan Bung Tomo, Kota Surabaya dengan upacara kemiliteran.

Kepulangan Jenazah Bung Tomo
Setelah 8 bulan Bung Tomo mengembuskan napas terakhir di Padang Arafah, jenazah bisa dibawa pulang ke Tanah Air. Hal ini karena otoritas pemerintah Arab Saudi terkait pemakaman jemaah haji yang meninggal dunia di sana. Pihaknya memberikan privilege untuk bisa dimakamkan di Tanah Suci.

Kedatangan peti jenazah ini disambut oleh masyarakat Indonesia dan keluarga. Seperti terlihat dalam foto, sejumlah orang tampak berada di sana untuk menyambut kepulangan jenazah pahlawan Nasional.

Gelar Pahlawan Nasional
Bung Tomo atau yang memiliki nama lengkap Sutomo merupakan salah satu pahlawan Nasional. Sosoknya dikenal sebagai penyemangat warga Surabaya dalam menghadapi dan melawan penjajah Belanda yang kembali melalui tentara NICA.

Pertempuran tersebut berakhir dengan peristiwa 10 November 1945. Melansir dari Liputan6, meski rakyat Indonesia kalah dalam pertempuran namun mereka berhasil membuat para penjajah mundur. Tak heran, pada tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Akhirnya, meski terlambat, Pemerintah menetapkan Bung Tomo (Sutomo), pada tahun 2008, sebagai pahlawan nasional.


link https://www.merdeka.com/trending/mati-sahid-saat-haji-ini-potret-kepulangan-jenazah-bung-tomo-ke-ri-penuh-haru.html

Sabtu, 25 Juni 2022

Putra Bung Tomo Bambang Sulistomo Ajak Anak Muda Agar Tak Memandang Negatif Politik

Putra Bung Tomo Bambang Sulistomo Ajak Anak Muda Agar Tak Memandang Negatif Politik

SURYA.co.id | SURABAYA - Putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo mengajak anak-anak muda atau yang sering disebut generasi milenial, tidak memandang negatif politik.

Menurut Bambang selama ini masih banyak generasi milenial berpandangan, politik itu hanya soal 'ribut-ribut' pemilu, partai, DPRD, Pilpres, atau korupsi.

"Padahal politik bisa juga diartikan sebagai berbagai kebijakan untuk mengelola kehidupan negara. Bisa politik pendidikan, politik kebudayaan, politik hukum, politik pertahanan, pertanahan, kesehatan, dan banyak lainnya," jelasnya, Sabtu (9/3/2019).

Bambang mengungkap, akan jadi kekhawatiran bila generasi milenial tidak bisa melihat dan sadar akan kendala, ancaman, tantangan, dalam berbangsa dan bernegara.

Menurutnya pemahamahan politik tidak hanya melulu soal pemilihan.

"Kesadaran inilah yang selayaknya kita tanamkan pada mereka," kata Bambang khawatir.


link https://surabaya.tribunnews.com/2019/03/09/putra-bung-tomo-bambang-sulistomo-ajak-anak-muda-agar-tak-memandang-negatif-politik

Ini Alasan Jenazah Jemaah Haji Tak Bisa Dibawa Pulang ke Indonesia, Sejauh Ini Cuma Bung Tomo

Ini Alasan Jenazah Jemaah Haji Tak Bisa Dibawa Pulang ke Indonesia, Sejauh Ini Cuma Bung Tomo

JAKARTA, TELISIK.ID - Jemaah haji Indonesia meninggal dunia bertambah jadi 9 orang hingga Kamis (23/6/2022). Data itu disampaikan Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Mukhammad Khanif di Mekkah.

Melansir Tempo.co, anggota tim surveilans PPI Arab Saudi, Abdul Hafiz memastikan, sangat sulit membawa jemaah haji yang meninggal di Arab Saudi pulang ke Indonesia. Selama ini Pemerintah Arab Saudi tidak mengizinkan membawa jenazah pulang ke negara asal jemaah.

Alasannya karena pihak Pemerintah Arab Saudi mengkhawatirkan waktu dan jarak yang ditempuh. Jika seseorang meninggal dunia terlalu lama dan tidak segera dimakamkan, dikhawatirkan dapat merusak kondisi jenazah.

Abdul Hafiz menuturkan, yang mesti pertama kali dilakukan adalah memastikan kabar kematian jemaah haji. Sumber informasi harus diterima dari tenaga kesehatan haji (TKH) di kelompok terbang (kloter) yang terdiri dari dokter dan perawat.

Setelah memastikan ada jemaah yang wafat, TKH harus segera membuat Certificate of Death (COD), yaitu sertifikat formulir yang menjelaskan sebab wafat dari jemaah.

Jika kematiannya tidak wajar, selanjutnya itu merupakan urusan kepolisian. Bila tidak ditemukan penyebab kematian yang janggal, jenazah bisa dilanjutkan untuk proses pemakaman.

Sebelum dimakamkan, rumah sakit akan memberikan surat keterangan atau izin jemaah tersebut siap dimakamkan kepada Muassasah Adilla yang ada di Madinah.

Setelah surat keluar dari Muassasah, jemaah yang wafat tersebut bisa dibawa ke tempat pemandian di daerah Uhud sebelum dimakamkan. Pemakaman jenazah dapat dihadiri oleh pihak keluarga boleh juga tidak, tergantung keputusan dari pihak keluarga yang bersangkutan.

Memulangkan Bung Tomo
Hingga saat ini hanya Bung Tomo satu-satunya warga negara Indonesia yang jenazahnya dibawa pulang ke Tanah Air atas permintaan keluarga.

Melansir tirto.id, dalam buku Belahan Jiwa: Memoar Kasih Sayang Percintaan Rosihan Anwar dan Zuraida Sanawi (2011), Rosihan Anwar mengaku: “Waktu bertemu dengan Dirjen Urusan Haji Burhani Tjokrohandoko, saya katakan tidakkah lebih baik jika Bung Tomo dimakamkan di Surabaya agar jasa-jasanya selalu dikenang? Ternyata memakan waktu lama ketika kemudian jenazah Bung Tomo dipindahkan ke Indonesia."

Tak hanya Rosihan yang menginginkan hal itu. Kolega-kolega Bung Tomo yang sudah menerima kabar kematian sang kawan pun meminta agar jenazahnya disemayamkan di Indonesia. Pihak keluarga Bung Tomo bahkan mengusahakan hal itu.

Beruntunglah keluarga Bung Tomo. Cerita Sulistiana: “Dua minggu kemudian, kami dipanggil oleh Kedutaan Besar Arab, Bambang (anak Bung Tomo) mengatakan bahwa Raja Fadh—Raja Arab Saudi—berunding dengan lima menteri tentang pengembalian jenazah Bung Tomo. Diputuskan, jenazah Bung Tomo diizinkan dibawa ke Indonesia."

Pemerintah Indonesia pun ikut membantu dengan mengirimkan tim pengembalian—yang terdiri dari dokter Moen'im ahli patologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), dr. Soetomo S. Imam Santoso (dokter pribadi Bung Tomo), Salim Zaedan (sahabat Bung Tomo), dan Bambang Sulistomo (putra Bung Tomo). Mereka berangkat empat bulan setelah kematian Bung Tomo.

Salim mendapat cerita dari penjaga makam, selama musim haji, banyak jemaah pria asal Jawa Timur yang menziarahi makam itu. Saking banyaknya, si penjaga hafal letak makam. Kebetulan, tak banyak yang meninggal di hari Soetomo meninggal pada 1981 itu sehingga tidak sulit mencari makam berdasarkan tanggal kematian.

“Penutup makam dibuka oleh dr. Soetomo dan dr. Moen'im. Setelah jenazah ditemukan, dipastikan dan diidentifikasi oleh dokter Moen'im [sebagai jenazah Bung Tomo], kemudian dilaporkan [bahwa] jenazah diketemukan," tulis Sulistiana.

Bambang pun diberi waktu untuk ikut memastikan. Menurut Bambang, “Tubuh ayahnya masih utuh. Hanya pipi sebelah kiri yang menyentuh ubin saja yang dagingnya agak rusak."

Setelah mendapat informasi kematian, pihak surveilans langsung mengurus surat keterangan dari RS Arab Saudi. Setiap jemaah haji yang wafat mesti segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi guna mengetahui penyebab kematian.

Abdul Hafiz mengatakan, dalam beberapa kasus, pihak Arab Saudi akan meminta surat keterangan kepolisian. Alasannya, surat keterangan dari kepolisian diperlukan untuk membuktikan bahwa kematian jemaah haji itu adalah kematian yang wajar.

Tak lupa, dr. Soetomo mencocokkan dengan cetakan gigi dari drg. A. Dahlan. Hasilnya pas. Jenazah itu memang jenazah Bung Tomo.

Akhirnya, jenazah dibawa pulang ke Jakarta.

Jenazah Bung Tomo disambut banyak pihak. Dari pihak pemerintah hadir Joop Ave (pernah menjabat Menteri Pariwisata di masa akhir kekuasaan Soeharto). Dari kalangan kawan-kawan seperjuangannya di masa revolusi juga sangat banyak yang datang.

Bahkan, salah seorang bekas ajudan Kolonel Sungkono, yang ikut menjemput jenazah Bung Tomo, terkena serangan jantung ketika pesawat yang membawa jenazah mendarat di Jakarta. Bekas ajudan Sungkono itu pun meninggal juga, menyusul Bung Tomo, ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.

Pada 3 Februari 1982, peti jenazah Bung Tomo dibawa ke Surabaya. Jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Rejo dengan upacara kemiliteran. 


link https://telisik.id/news/ini-alasan-jenazah-jemaah-haji-tak-bisa-dibawa-pulang-ke-indonesia-sejauh-ini-cuma-bung-tomo

Foto: Repro Pasuruankab

Senin, 21 Februari 2022

Surat Budaya dari Mas Bambang Sulistomo yang Heroik Meniupkan Energi yang Baru

Surat Budaya dari Mas Bambang Sulistomo yang Heroik Meniupkan  Energi yang Baru


TrikNews Oleh: Jacob Ereste 
Sejujurnya, sungguh saya merasa bungah karena mendapat kehormatan atas apresiasi Mas Bambang Sulistomo – Putra Bung Tomo, sang Patriot Bangsa Indonesia – yang terkenal karena keberaniannya mengobarkan semangat perlawanan bangsa Indonesia pada 10 November 1945 di Surabaya,

Mas Bambang Sulistomo memberi komentar terhadap paparan tulisan saya berjudul “Nilai-nilai Spiritual Yang Patut Diperhatikan Untuk IKN di Penajam, Kalimantan Timur” pada 20 Februari 2022. Komentar Mas Bambang Sulistomo itu dikirim seusai waktu sholat Isa, sehingga membuat hati takjub lantaran perhatiannya yang sangat serius dan mendalam itu.
Mas Bambang Sulistomo menulis; Bung Jacob, tulisan anda sangat tajam sekali…itu mengingatkan saya bahwa kekuatan spiritual bangsa itu perlu digali kembali….sebab saya melihat bahwa tidak ada pemimpin yg mampu memberikan keteladanan revolusioner bagaimana mewujudkan masyarakat bangsa dan negara Pancasila….sebab Pancasila itu adalah intisari dari kekuatan spiritual bangsa yang ada dalam isi pembukaan UUD 45

….semua pemimpin tampak ingin terus berkuasa, paling tidak untuk mempertahankan kekuasaannya secara fisik…tidak tampak ke ikhlasan sama sekali, meskipun hanya contoh dipermukaan…semua cenderung melindungi kelompok atau golongannya sendiri….membangun kepercayaan rakyat tampak sangat sukar sekali, dengan sistem ekonomi pasar  yang liberal , egois,  anarkis dan radikal ini menunjukkan bagaimana para pemimpin tidak mampu menggali kekuatan spiritual bangsa ini….Salam hormat….Bambang Sulistomo 20/02/2022.

Pernyataan Putra Bung Tomo yang sangat saya hormati itu, memberi energi yang luar biasa sehingga saya jadi membayangkan betapa heroiknya Sang Pahlawan pada 10 November di Surabaya itu dahulu ketika membakar semangat warga bangsa Indonesia se Jawa Timur untuk bangkit melakukan perlawanan terhadap penjajah. Semerta-metrta seusai membaca komentarnya itu saya membayangkan sosok pahlawan yang tengah berpidato berapi-api menyulut semangat arek-arek Suroboyo ketika itu sedang ada dihadapan saya.

Lalu mengenang sejumlah bacaan tentang kisah Bung Tomo yang selalu mengajarkan agar menjalani hidup dengan cara sederhana. Bahkan – tampaknya lantaran kejujurannya – sang Ayahandanya Mas Bambang Sulistomo pernah mengembalikan mobil dari pemerintah, karena tidak sanggup membayar cicilan yang harus dipenuhinya. Selain itu, toh Mas Bambang Sulistomo sendir pernah memberikan kesaksian bahwa betapa sederhananya, Mas Bambang Sulistomo mengaku jujur bila seragam sekolah yang digunakanna dijahit sendiri oleh ibunya, karena tidak ingin bergantung pada orang lain.

Percercapan Mas Bambang Sulistomo terhadap paparan tulisan saya itu katanya mengingatkan dirinya bahwa kekuatan spiritual bangsa itu perlu digali kembali, sungguh memberi energi tambahan bagi saya untuk memaparkan lebih jauh dasar keyakinan saya bahwa laku spiritual itu memang satu-satunya cara mengatasi krisis moral dan etika serta akhlak segenap anak bangsa utamanya bagi elit penguasa atau penyelengara negara yang semakin gandrung korup, tidak bermalu dan semakin tega menzalimi rakyat yang sepatutnya dilindungi dan diperjuangkan aspirasi dan cita-citanya agar dapat hidup lebih baik, sejahtera dan berkeadilan dengan penuh rasa nyaman dan aman.

Karena saya pun merasa miris ketika Mas Bambang Sulistomo mengatakan bahwa dia pun melihat tidak ada pemimpin yang mampu dan mau memberikan keteladanan revolusioner bagaimana cara mewujudkan masyarakat bangsa dan negara Pancasila yang sesungguhnya. Sebab Pancasila itu menurut Mas Bambang Sulistomo adalah intisari dari kekuatan spiritual bangsa Indonesia, seperti yang ada dalam kandungan isi Pembukaan UUD 45.

Apalagi kemudian Mas Bambang Sulistomo mengungkapkan bahwa semua pemimpin tampak ingin terus berkuasa, paling tidak untuk mempertahankan kekuasaannya secara fisik. Tidak tampak adanya keikhlasan bagi mereka untuk mengakhiri kekuasaannya yang sudah tidak lagi mewakili kepentingan rakyat. Meskipun hanya contoh dipermukaan, semua tetap cenderung melindungi kelompok atau golongannya sendiri. Semengtara untuk membangun kepercayaan rakyat tampaknya  sangat sukar. Apalagi dihadapan sistem ekonomi pasar yang liberal, egois, anarkis dan radikal. Semuamini, katanya membuktikan bagaimana para pemimpin tidak mampu menggali kekuatan spiritual bangsa semakin terlupakan dan dilupakan.

Banten, 21 Februari 2022

link https://triknews.co/2022/02/21/surat-budaya-dari-mas-bambang-sulistomo-yang-heroik-meniupkan-energi-yang-baru/

Jumat, 17 Desember 2021

Narsum Pelatihan Anti Korupsi, Ketum IPKI Dongrak Semangat Kebangsaan Kepsek Kabupaten Muara Enim

Narsum Pelatihan Anti Korupsi, Ketum IPKI Dongrak Semangat Kebangsaan Kepsek Kabupaten Muara Enim

Merenim Post - Dihadapan ratusan Kepala Sekolah (Kepsek) Kabupaten Muara Enim, mulai dari SD, SMP hingga SMA dan SMK yang mengikuti Pelatihan Anti Korupsi, dalam rangka Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) tahun 2021, Ketua Umum Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Bambang Sulistomo, SIP, MSi menyampaikan pandangan dan pemikirannya tentang kondisi kekinian, khususnya menyangkut korupsi sebagai salah penyebab utama keprihatinan bangsa saat ini.

Menurut Putra kandung Pahlawan Nasional Bung Tomo itu, Kegiatan Pelatihan Anti Korupsi Kepala Sekolah yang dilaksanakan Dewan Pengurus Daerah Gerakan Masyarakat Perangi Koruspi (DPD GMPK) Kabupaten Muara Enim, di Ruang Paripurna DPRD Muara Enim, hari Kamis (16/12/21) itu merupakan hal yang patut diapresiasi ditengah keprihatinan Kabupaten Muara Enim yang Kepala Daerah (tiga Bupati Muara Enim-red), dan Ketua DPRD nya sudah divonis bersalah karena tindak pidana korupsi oleh KPK, termasuk 25 anggota DPRD yang saat ini sedang digarap oleh KPK.

“Kegiatan GMPK Muara Enim ini patut diapresiasi, pesertanya para kepala sekolah SD, SMP, SMA-SMK, dilaksanakan di gedung rakyat, yang saat ini para wakil rakyatnya menjadi pasien KPK. Semoga ke depan Kabupaten Muara Enim menjadi lebih baik. Memang, kondisi bangsa saat ini telah kehilangan spiritnya, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam UUD 1945, dan Pancasila, serta spirit perjuangan kemerdekaan leluhur bangsa. Salah satu penyebabnya adalah korupsi. Semua dinilai dan harus dengan materi (uang). Mau mencalonkan diri sebagai Caleg, kepala desa, bahkan Capres, termasuk masuk pegawai dan karyawan, naik jabatan, dan lain sebagainya harus dengan uang, sehingga spritual kebangsaan makin melorot,” ujar Bambang dengan pihatin.

Narsum Pelatihan Anti Korupsi, Ketum IPKI Dongrak Semangat Kebangsaan Kepsek Kabupaten Muara Enim

Untuk itu menurut Badan Pendiri dan Ketua Harian Forum Bela Negara itu dalam paparannya menyampaikan solusi yang perlu dilakukan dengan kesungguhan sinergitas pemberantasan korupsi dari legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta masyarakat.

“Keteladanan revolusioner para pimpinan negara, tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat memberikan contoh bagaimana mewujudkan masyarakat, bangsa dan negara Pancasila,” pungkasnya. Acara tersebut melibatkan juga Ketum DPP GMPK, Irjen Pol (Purn) Dr. Bibit Samad Rianto, Ketum Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN) Letjen Mar (Purn) Suharto, Ketua Dewan Pengawas DPD GMPK Kabupaten Muara Enim Brigjen Mar (Purn) Bastian Umar, Kapolres Muara Enim, AKBP Danny Sianipar SIK, Kajari Muara Enim Irpan Wibowo SH, dan Kadin Dikbud Kabupaten Muara Enim, Irawan Supmidi, SPD, S.Mn, MM, juga dihadiri Sekretaris DPRD Muara Enim Lido Septontoni.(mp)

link https://merenimpost.com/7858/narsum-pelatihan-anti-korupsi-ketum-ipki-dongrak-semangat-kebangsaan-kepsek-kabupaten-muara-enim.html

Rabu, 10 November 2021

Putra Bung Tomo: Ayah Orang yang Humanis, Humoris, dan Romantis

Putra Bung Tomo: Ayah Orang yang Humanis, Humoris, dan Romantis

Surabaya, IDN Times - “Sekarang saya tunggu di Gramedia lantai 2 yang di Jalan Basuki Rahmat ya,” ujar Bambang Sulistomo kepadaku, Rabu 7 November 2018 lalu. Selang 15 menit, akhirnya aku bertemu dengannya di Gramedia Library Cafe. Aku sangat antusias untuk bertemu dengannya. Bagaimana tidak, dia adalah putra dari pahlawan kelahiran Surabaya, dia adalah titisan darah dari sosok pria yang menjadi komandan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran 10 November 1945. Ya, Bambang adalah anak kandung dari Sutomo alias Bung Tomo.

“Silakan duduk, ayo apa yang ingin saya ceritakan,” ujar Bambang. Perawakannya sangat sederhana. Mengenakan pakaian hijau, suaranya masih sangat lantang untuk seseorang yang telah berusia 68 tahun. “Mas affogatonya satu lagi ya,” pinta dia kepada sang barista. Tidak butuh waktu lama, espresso dengan campuran alpukat dan es krim itu pun tiba di hadapan kami. 

Affogato menjadi penanda bahwa obrolan kami siap dimulai. Kurang lebih selama satu jam kami bercengkrama. Obrolan kami telah kehilangan arah. Kami bercerita dari hobi Bung Tomo hingga kisah mistis selama perang gerilya. Ia mengisahkannya begitu detail, seakan tidak ada satupun kenangan yang tercecer oleh zaman. Sebagai millenial yang mengetahui Bung Tomo sebatas dari film atau buku sejarah, segala cerita yang disampaikan Bambang terasa begitu nyata. “Lihat nih, saya kalau cerita bapak pasti merinding bulu kuduk saya,” katanya. 

Sebagai seorang pahlawan, kisah Bung Tomo telah dirangkum banyak kalangan, bahkan sudah ada filmnya. Karena itu, aku memiliki pertanyaan lain kepada Bambang, “Kalau almarhum (Bung Tomo) sebagai seorang ayah dan suami bagaimana sih pak?” tanyaku dengan penuh rasa penasaran. 

Lantas, apa saja sih isi pembicaraan kami? Yuk simak wawancara IDN Times Bersama Bambang Sulistomo, putra kedua sekaligus satu-satunya anak lelaki Bung Tomo.

Anda melihat sosok Bung Tomo sebagai ayah seperti apa?

Kami dibiasakan oleh bapak hidup sederhana. Saya gak boleh pakai fasilitas bapak yang digunakan untuk cari rezeki. Bapak kan pensiunan tentara, pendiri TNI sejak 1947, tapi bapak selalu bilang jangan gunakan macam-cama jabatan bapak untuk saya mencari objekan (proyek). 

Demi memegang prinsipnya itu, bapak menopang hidupnya dengan beternak ayam di belakang rumah (di Jakarta). Itu waktu zaman Bung Karno kira-kira, saya masih SMP. Setiap pagi bapak ambil telurnya, paling sehari sekilo. Itu bapak sendiri yang nawarin ke tetangga ke supermarket di daerah Menteng. Ya syukurnya mereka mau aja, padahal cuma sekilo.


Kalau hal yang paling Anda ingat dari Bung Tomo apa?

Bapak itu suka ngelucu orangnya. Kadang saya sampai bingung ini bapak lagi serius atau lagi bercanda ha-ha. Ada satu cerita ketika tahun 1974 saya mau ditahan di eranya Soeharto. Datang petugas TNI ke rumah. Petugas bilang ke bapak mau ambil saudara saya.

Setelah tanya kelengkapan berkas, bapak bilang, “Ya sudah, bawa aja ini,”. Dalam hati saya, ini orang seenaknya aja main langsung ambil saja ha-ha. Tapi kata bapak, “Dia sudah besar, yang penting saya tahu siapa yang bawa,”. Dia sama sekali gak telepon komandan, gak telepon presiden, jadi benar-benar gak menggunakan fasilitas negara.


Oh berarti Bung Tomo itu sosok yang humoris, ada gak cerita lucu yang pernah Bung Tomo sampaikan ke Anda?

Waktu itu pernah bapak naik bus ke kampus. Jadi bapak kan diledek, Pejuang 45 gak bisa apa-apa setelah perang. Akhirnya bapak kuliah lagi ambil Ekonomi UI. Nah pas ke kampus naik bus kota, bapak duduk tuh. 

Ada ibu-ibu yang bilang, di situ bapak gak dikenal sama orang-orang  “Pak tolong dong pak ini cucu saya mau duduk,”. Bapak nanya balik, “Lho cucunya, bukan ibu?”. “Gak, biar cucu saya aja pak,”. 

Nah bapak bilang, “Ya sudah kalau gitu cucunya saya pangku aja”. Itu dipangku sama bapak sampai Taman Suropati sampe dia turun. Buat saya bapak itu selain humoris juga humanis sekali.


Meski humoris, Bung Tomo juga dikenal tegas, beliau pernah marah kepada Anda?

Ya marah pernah, cuma kalua orangtua marah ya biasa aja. Kalau marah gak sampai mukul bapak, gak pernah nempeleng. Tapi bapak akan selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk membela diri. Jadi bapak nanya kenapa kamu gitu, saya gini-gini. Bapak demokratis banget, hebat.


Tapi pernah dihukum sama Bung Tomo?

Wah macem-macem, disuruh hitung beras. Bapak ambil beras, “Duduk hitung berasnya!,” begitu kata bapak. Terus saya disuruh nulis, saya tidak akan mengulangi perbuatan ini, itu ditulis 100-200 kali. Bayangin aja hitung beras.


Bapak punya kelakuan unik gak bersama keluarganya?

Kalau kami liburan ke Malang, kami kan punya mobil yang sekarang di Museum Tugu Pahlawan. Itu kami kalau pulang ke Malang bapak-ibu nyetir sendiri. Setiap lewat Taman Makam Pahlawan, kami semua disuruh turun untuk hormat.

Bapak akan selalu bilang, “Mereka itu sudah berjuang dan gugur, kamu harus hormati mereka dan doakan mereka,”. Kadang-kadang kami juga berhenti saat melintas tugu pahlawan, kami hormat dari seberang jalan. Kadang juga gak berhenti. Tapi dari mobil, kami sudah paham. Jadi kalau lewat Taman Makam Pahlawan, salah satu dari kami ada yang teriak di mobil, makaamm pahlawaaannn, hormaaatt ha-ha.


Saya baca di buku “Bung Tomo, Suamiku” almarhum sangat sayang sama istrinya, bagaimana anda melihat hubungan mereka berdua?

Waduh pokoknya kalau bapak ada undangan keluar negeri, atau kalau ada rezeki sedikit ke mana-mana, pasti ngajak ibu. Gak pernah pergi sendirian. Bapak akan usaha supaya ibu ikut, entah pinjem temen, pinjem di mana aja pokoknya. Dan, bapak gak pernah pakai fasilitas negara juga kalau mau ajak ibu.


Bung Tomo orangnya setia ya?

Ha-ha, Bapak sampai pernah tengkar dengan Bung Karno gara-gara masalah perempuan. Bapak gak mau Bung Karno menikahi lagi dengan wanita asal Semarang yang sudah punya suami. 

Bapak juga pernah dikerjain sama teman-temannya, mereka cerita ke saya. Bapak kalau keluar kota, gak mau ngapa-ngapain (sama cewek lain). Itu dites samaa temennya, kurang ajar ya. Mereka cerita ke saya kalau bapak itu benar-benar one woman policy, setia sekali. Bapak itu orangnya cemburuan, karena memang ibu itu cantik, cantik banget.


Selain cerita lucu dan kesetiannya, pernah gak Bung Tomo cerita ketika perang gerilya?

Sering, salah satu yang saya ingat pada saat dia dikepung oleh tentara Belanda. Kemudian menjatuhkan diri ke Jurang. Kalau bapak bilang itu tingginya tiga kali pohon kelapa.

Untungnya bapak nyangkut di tengah-tengah jurang. Nah bapak di situ cerita kalau dia tiba-tiba mendengar suara prok prok prok. Bapak lihat sorotan lampu, terus bapak lihat kereta kencana terbang di atas langit. 

Itu kaget juga bapak, sambil doa-doa dia. Untungnya bapak gak diajak naik bareng. Pas pagi harinya bapak ditolongin, nah warga situ percaya itu sebagai perwujudan Nyi Roro Kidul. Waktu itu di daerah Tawangmangu.


Hobi Bung Tomo apa?

Mancing ikan. Saya gak tau ya kenapa, tapi waktu pensiun bapak sering ngajak kita mancing di Tanjung Priok. Dulu di tempat PT Gaya Motor, itu kami bisa masuk pelabuhan dengan pass tertentu. 

Nah, di situ ada tempat yang banyak ikannya, itu di laut. Kami mancing dari siang sampe sore, ibu bawa makanan sendiri. Ibu masak dari rumah, jadi kami bawa tikar. Kalau mancing bapak selalu ngelihat ke laut. 


Makanan kesukaan Bung Tomo apa?

Bapak suka semua masakannya ibu. Ibu suka bikin sop. Suka telor dadar yang dicampur-campur. Ibu juga pintar masak rawon.

Putra Bung Tomo: Ayah Orang yang Humanis, Humoris, dan Romantis

Kalau sisi lain tentang Bung Tomo yang orang jarang tahu ada gak?

Bapak pernah ditahan oleh Soharto ditempatkan di Rumah Tahanan Nirbaya di dekat Taman Mini. Nah, setiap 17 Agustus, bapak bersama tahanan politik zaman orba lainnya selalu nangis. Mereka bilang Bung Tomo cengeng. Setiap kali mengibarkan bendera 17 Agustus Bung Tomo cengeng.


Bung Tomo pernah bermasalah dengan Soekarno dan dan dipenjara oleh Soeharto karena mengkritik rezim, kenapa beliau begitu gigih mempertahankan prinsipnya?

Karena bapak selalu ingat bebannya mengajak orang untuk gugur. Bayangin aja, bapak ajak orang berperang tanpa senjata, cuma pakai bambu runcing, golok, ada satu dua granat, pas dilempar gak meledak karena tidak tahu cara pakainya. 

Bapak tiap hari orasi di radio, orang berbondong-bondong dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, datang untuk berperang. Bapak selalu ingat itu dan itu yang membuat bapak memegang prinsipnya. Bapak gak mau perjuangan rekan-rekannya sia-sia.


Ada gak harapan bapak yang belum tercapai?

Gak ada, dia gak ada keinginan apa-apa orangnya. Bapak itu sama Bung Karno sudah seperti saudara, ke mana-mana selalu diajak. Kalau sama Bung Harto, sebelum jadi presiden dia pernah datang ke rumah saya. Artinya kalau mau apapun gampang, tinggal gak usah kritik pemerintah.


Bapak meninggal di Padang Arafah ketika wukuf, Itu bagaimana ceritanya?

Satu waktu bapak ingin pergi haji, tapi gak punya uang. Gak tau gimana bapak nyari pinjaman uang sampai menggadaikan lukisan. Akhirnya bapak berangkat dengan ibu dan dua adik saya. Saat itu bapak jadi ketua kloter untuk Jombang. 

Nah sesampainya di Mekkah, ternyata orang yang punya pemukiman belum tahu kalau ada jamaah datang. Bayangin, bapak akhirnya mau gak mau menyiapkan kamar buat jamaah ratusan orang tuh. Bapak naik turun lantai 4, pada usia 60an. 

Akhirnya, karena kecapekan, bapak kena heat stroke karena kena panas cahaya matahari. Nah itu berpengaruh kepada jantung, paru-paru dan ginjal. Ketika wukuf semua pasien dibawa ke arafah, termasuk yang sakit. 

Tapi, ibu sama sekali gak tahu kalau bapak di rumah sakit. Jadi begitu meninggal, ibu lagi wukuf dengar pengumuman innalillahi telah meninggal Bung Tomo. Kaget ibu saya. Ayah kami meninggal di tempat yang baik saat wukuf lagi. Buat saya ini adalah hadiah terindah dari Allah bahwa bapak saya memang berjuang untuk keadilan.


Kenapa bapak gak dimakamkan di Tanah Suci?

Saat itu ibu ditanya, ikhlas gak kalau dimakamin di sini? Ibu saya ikhlas saja, karena memang ini keinginan semua muslim untuk meninggal di Tanah Suci. Kemudian saya ditanya oleh orang-orang, apa gak ada keinginan untuk membawa pulang. Terus saya ditanya sama orang-orang, ikhlas gak kalau dimakamin di Arafah. 

Saya bilang, mungkin gak kalau dibawa ke Indonesia. Ya saya tanya ke ulama sampai saya ke MUI. Akhirnya mereka menemukan dalil yang boleh dibawa ke Indonesia untuk mempermudah ziarah. Kemudian saya dibantu pemerintah Bung Harto untuk membawa pulang jenazahnya. 

Kan kalau di Arafah jelang musim haji lagi dipindahin itu jenazah-jenazahnya. Nah kata saya, daripada dipindahin gak jelas kemana, mending saya bawa jenazahnya. Saudi setuju, nah akhirnya saya bawa pulang setelah 8 bulan di sana. Pas diangkat jenazahnya udah gak berbentuk, tapi tahi lalat bapak di bawah mata masih ada.


Kenapa Bung Tomo gak mau dimakamin di Taman Makam Pahlawan?

Ya karena bapak ingat perjuangan rakyat yang gugur bersama pejuang 10 November, jadi bapak ingin dimakamkan di tengah-tengah rakyat. Bapak menghargai Taman Makam Pahlawan, tapi bapak ingin bersama rakyat. Itu bapak sudah ngomog sejak kami masih kecil, “Nanti kalau aku mati, cukup dikuburin di sana, satu sama rakyat saja,”.


Ada pesan terakhir dari bapak ke Anda?

Bapak selalu bilang, kamu kalau mau jadi pemimpin, jadilah pemimpin yang baik, jangan bohongin rakyat. Kalau jadi tentara jadilah tentara yang baik jangan khianatin rakyat


Adakah kepribadian Bung Tomo yang bisa ditauladani oleh milenial?

Saya kira keberanian untuk memperjuangan kebenaran dan keadilan. Tanpa memperjuangkan dua hal itu, bangsa ini akan terpecah-belah, tanpa itu akan menciptakan ketimpangan ekonomi, yang akan terjadi adalah jual beli hukum dan jataban. Kalau sampai itu terjadi, negara ini hanya dimiliki oleh mereka orang-orang yang mampu, akhirnya ketimpangan ekonomi semain besar. Yang miskin makin miskin.

Putra Bung Tomo: Ayah Orang yang Humanis, Humoris, dan Romantis

Tepat pukul 16.50 WIB diskusi kami berhenti. Sebagai titisan darah pejuang, Bambang memiliki kewajiban untuk menularkan semangat membela bangsa dan Tanah Air kepada seluruh muda-mudi bangsa. Kesibukannya saat ini adalah keliling Indonesia untuk memberi ceramah soal kebangsaan dan membela mereka yang merasa tidak mendapat haknya.

Aku merasa terharu mendengar bagaimana kisah Bung Tomo diceritakan langsung oleh figur yang hidup bersamanya. Tepat di Hari Pahlawan 10 November, yuk mari kita doakan supaya arwah para pejuang diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, Aamin.

Merdeka atau Mati….!

Note: wawancara Vanny El Rahman dengan Putra Pahlawan Bung Tomo

link https://jatim.idntimes.com/news/indonesia/vanny-rahman/putra-bung-tomo-ayah-orang-yang-humanis-humoris-dan-romantis/full



Selasa, 26 Oktober 2021

Temui LaNyalla, PP IPKI Nyatakan Dukungan Penguatan DPD RI

Temui LaNyalla, PP IPKI Nyatakan Dukungan Penguatan DPD RI

Jakarta detikNews - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menerima audiensi Dewan Pengurus Pusat Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (DPP IPKI). Audiensi tersebut membahas penguatan kewenangan DPD RI hingga dorongan disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).

Ketua Umum DPP IPKI Bambang Sulistomo menyampaikan kedatangan IPKI ingin memberi masukan kepada DPD terkait masalah kebangsaan. Terutama agar DPD mempunyai peran yang lebih strategis dalam sistem ketatanegaraan.

"Kita berharap agar DPD mempunyai posisi dan peran lebih strategis dalam kehidupan bernegara kita ini. Selain itu kita ingin DPD berani lahirkan gagasan yang revolusioner. Karena kalau tidak revolusioner akan tertinggal dengan proses-proses negatif yang berjalan lebih cepat," kata Bambang dalam keterangan tertulis, Selasa (26/10/2021).

Sementara itu, Anggota Dewan Pakar IPKI Darmo Laksono mengatakan ingin adanya penguatan posisi DPD atau senat. Makanya dia juga mendorong adanya amandemen konstitusi sehingga DPD atau senat mempunyai kewenangannya sejajar dengan DPR.

"Di Indonesia senat kurang bertaji. Di Amerika dan di India senat lebih tinggi posisinya. Mereka bisa memecat presiden atau impeachment," katanya.

Lebih lanjut ia menambahkan jumlah anggota DPD dari setiap provinsi harus ditambah. Idealnya menurut Dharmo adalah berjumlah lima orang.

"Memang dalam UU anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Ini yang harus diperjuangkan oleh DPD," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat DPP IPKI, DR Charletty Choesyana K, menginginkan agar DPD ikut mendorong disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS). Sebab faktanya saat ini banyak terjadi kasus kekerasan terhadap perempuan.

"Harus lebih kuat lagi dalam perlindungan terhadap perempuan. Karena pembangunan bangsa tidak sukses kalau tidak ada pembangunan wanita," ucapnya.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan jika DPD sedang berikhtiar untuk melakukan Amandemen Konstitusi ke-5. Tujuannya, agar DPD bisa melahirkan presiden perseorangan atau independen.

"Bupati, gubernur bisa dari perseorangan kenapa presiden tidak. Keadilan politik itulah yang diinginkan oleh rakyat Indonesia," katanya.

Dijelaskan LaNyalla, yang ingin diubah adalah bagian hulu. Sebab memang yang fundamental ada di sana.

"Kalau yang dibenahi di hilir masih kurang selesaikan persoalan bangsa ini. Agar cepat dan menyeluruh ya hulunya diperbaiki. Yang kami anggap sudah melenceng dari arahnya," lengkapnya.

Sebagai informasi, pengurus DPP IPKI yang hadir antara lain Bambang Sulistomo (Ketua Umum), Guntur Aritonang (Sekjen), Dharmo Larsono (Anggota Dewan Pakar) dan DR Charletty Choesyana K (Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat). Sedangkan LaNyalla didampingi senator Lampung Bustami Zainudin dan Staf Khusus Ketua DPD RI Sefdin S.

link: https://news.detik.com/berita/d-5783688/temui-lanyalla-pp-ipki-nyatakan-dukungan-penguatan-dpd-ri

Jumat, 22 Oktober 2021

Bambang Sulistomo : Hukum Harus Ditegakkan Secara Adil, Jika Ingin Wujudkan Keadilan Sosial

Bambang Sulistomo : Hukum Harus Ditegakkan Secara Adil, Jika Ingin Wujudkan Keadilan Sosial

Merenim Post-Tanpa demokrasi, dan tegaknya hukum, keadilan sosial hanya akan jadi slogan kosong yang diucapkan dalam janji janji politik yang kosong.

Demikian disampaikan Ketua Umum Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) Bambang Sulistomo menyoroti sikap partai politik yang dianggap tidak lagi mewujudkan keadilan sosial di tanah air.

“Coba kita lihat sekarang apakah partai partai politik itu pernah ngomong soal keadilan sosial, coba ada gak ? coba cari di media. Apakah partai-partai politik dalam menyusun Undang-undang itu, Omnibus Law, apakah ada unsur keadilan sosial disebut ? Tidak ada. Karena apa ? Tidak teguh dalam pendirian, padahal ini adalah warisan leluhur para pendiri negara. Padahal keadilan sosial ini impian kita bersama,” tandas putra Pahlawan nasional Bung Tomo itu.

Masih menurut Bambang, baca Pembukaan UUD 45, bahwa negara Indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan, artinya kekuasaan siapapun  tidak bisa menggunakan hukum seenaknya,  apalagi sebagai komoditas perdagangan.

“Hukum harus ditegakkan secara adil, jika kita ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hukum bisa ditegakkan, jika rakyat mempunyai kedaulatan dalam alam demokrasi, sehingga rakyat mampu mengawasi semua praktek kekuasaan agar sesuai dengan rasa keadilan masyarakat,” ujarnya sambil mengingatkan.

Sementara Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno dalam acara tersebut menyoroti tentang Pandemi Covid-19, yang telah menimbulkan dampak sosial bagi Indonesia.

“Bicara sosial, kita lihat akibatnya (COVID-19), saya ambil contoh anak-anak sekolah tidak bisa sekolah, mereka zoom (sekolah online) dari rumah. Tidak semua anak sekolah punya gadget. Udah gadgetnya gak punya, yang punya gadget pun gak punya wifi, gak punya internet,” ujar Yapto yang juga mengapresiasi langkah cepat pemerintah yang mengalokasikan anggaran belanja untuk mengatasi dampak Pandemi COVID-19. “Ini keputusan yang cepat dari pimpinan negara kita mengatasi hal ini. Sebaliknya, kalau tidak diawasi dengan benar ini kesempatan korupsi yang terbesar yang terjadi di bangsa Indonesia. Sehingga pengawasannya juga harus ketat,” tegas Japto. (mp)

link https://merenimpost.com/6979/bambang-sulistomo-hukum-harus-ditegakkan-secara-adil-jika-ingin-wujudkan-keadilan-sosial.html

Senin, 18 Oktober 2021

Webinar Kebangsaan Bersama MPN PP, Ini Bahasannya

Webinar Kebangsaan Bersama MPN PP, Ini Bahasannya

Jakarta, Sriwijaya Media - Pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak sosial bagi Indonesia. Salah satu contohnya di dunia pendidikan. Dimana para siswa sekolah harus menjalani pembelajaran secara virtual atau online.

Demikian disampaikan Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila (PP) Japto S Soerjosoemarno, dalam Webinar Kebangsaan “Merajut Keadilan Sosial Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”, Senin (18/10/2021).

“Bicara sosial, kita lihat akibatnya (Covid-19), saya ambil contoh anak-anak sekolah tidak bisa sekolah, mereka zoom (sekolah online) dari rumah. Tidak semua anak sekolah punya gadget,” ujar Japto.

Kemudian masalah ekonomi baru yang muncul yaitu pengadaan alat-alat gadget bagi pelajar yang sekolah.

“Udah gadgetnya gak punya, yang punya gadget pun gak punya wifi, gak punya internet,” tutur Japto.

Menurut Japto, jika pemerintah tidak bisa mengatasi dampak pandemi Covid-19, maka organisasi-organisasi kemasyarakatan, partai politik (parpol) harus mencoba membantu pemerintah.

“Khususnya untuk teman-teman di Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) dan Majelis Pimpinan Cabang (MPC) bahwa inilah waktunya kalian menginventarisir permasalahan yang ada di daerah, terkait dengan kehidupan sosial masyarakat, utamanya dengan adanya pandemi Covid-19. Jadi kita hanya menginventarisir dan memberi masukan kepada pemerintah,” terang Japto.

Dia juga mengapresiasi langkah cepat pemerintah yang mengalokasikan anggaran belanja pemerintah untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.

“Ini keputusan yang cepat dari pimpinan negara kita mengatasi hal ini. Sebaliknya, kalau tidak diawasi dengan benar ini kesempatan korupsi yang terbesar yang terjadi di bangsa Indonesia. Sehingga pengawasannya juga harus ketat,” tegas Japto.

Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) Bambang Sulistomo menyoroti sikap parpol yang dianggap tidak lagi mewujudkan keadilan sosial di tanah air.

“Coba kita lihat sekarang apakah partai partai politik itu pernah ngomong soal keadilan sosial, coba ada gak? Coba cari di media. Apakah parpol dalam menyusun Undang-undang itu, Omnibus Law, apakah ada unsur keadilan sosial disebut? Tidak ada. Karena apa? Tidak teguh dalam pendirian, padahal ini adalah warisan leluhur para pendiri negara. Padahal keadilan sosial ini impian kita bersama,” jelasnya. 

link https://sriwijayamedia.com/2021/10/18/webinar-kebangsaan-bersama-mpn-pp-ini-bahasannya/

MPN Pemuda Pancasila : Perwujudan Keadilan Sosial, Merajutnya dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

MPN Pemuda Pancasila : Perwujudan Keadilan Sosial, Merajutnya dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Tribun Rakyat, Jakarta – Pandemi COVID-19 telah menimbulkan dampak sosial bagi Indonesia. Salah satu contohnya di dunia pendidikan. Dimana para siswa sekolah harus menjalani pembelajaran secara virtual atau online.

Demikian disampaikan Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno, dalam Webinar Kebangsaan “Merajut Keadilan Sosial Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”, Senin (18/10/2021). 

“Bicara sosial, kita lihat akibatnya (COVID-19), saya ambil contoh anak-anak sekolah tidak bisa sekolah, mereka zoom (sekolah online) dari rumah. Tidak semua anak sekolah punya gadget,” ujar Japto.

“Kemudian masalah ekonomi baru yang timbul yaitu pengadaan alat-alat gadget untuk mereka yang sekolah. Udah gadgetnya gak punya, yang punya gadget pun gak punya wifi, gak punya internet,” tambah Japto. 

Menurut keterangan Japto, jika pemerintah tidak bisa mengatasi dampak Pandemi COVID-19, maka organisasi-organisasi kemasyarakatan, partai partai politik harus mencoba membantu pemerintah.

“Khususnya untuk teman-teman di MPW (Majelis Pimpinan Wilayah) dan MPC (Majelis Pimpinan Cabang) bahwa inilah waktunya kalian menginventarisir permasalahan yang ada di daerah, yang terkait dengan kehidupan sosial masyarakat, utamanya dengan adanya Pandemi COVID-19. Jadi kita hanya menginventarisir dan memberi masukan kepada pemerintah,” kata Japto. 

Dia juga mengapresiasi langkah cepat pemerintah yang mengalokasikan anggaran belanja pemerintah untuk mengatasi dampak Pandemi COVID-19.

“Ini keputusan yang cepat dari pimpinan negara kita mengatasi hal ini. Sebaliknya, kalau tidak diawasi dengan benar ini kesempatan korupsi yang terbesar yang terjadi di bangsa Indonesia. Sehingga pengawasannya juga harus ketat,” tegas Japto.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) Bambang Sulistomo menyoroti sikap partai politik yang dianggap tidak lagi mewujudkan keadilan sosial di tanah air. 

“Coba kita lihat sekarang apakah partai partai politik itu pernah ngomong soal keadilan sosial, coba ada gak? coba cari di media. Apakah partai partai politik dalam menyusun Undang-undang itu, Omnibus Law, apakah ada unsur keadilan sosial disebut? Tidak ada,” ucap Bambang.

“Karena apa? Tidak teguh dalam pendirian, padahal ini adalah warisan leluhur para pendiri negara. Padahal keadilan sosial ini impian kita bersama,” pungkasnya.

link https://tribunrakyat.com/19690/18/10/2021/mpn-pemuda-pancasila-perwujudan-keadilan-sosial-merajutnya-dalam-kehidupan-bermasyarakat-berbangsa-dan-bernegara.html

Jumat, 21 Mei 2021

Peringati HUT Ke 67 tahun, dan Hari Kebangkitan Nasional, IP-KI Gelar Webinar Kebangsaan

Peringati HUT Ke 67 tahun, dan Hari Kebangkitan Nasional, IP-KI Gelar Webinar Kebangsaan

IP-KINEWS - Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) sebagai organisasi nasional yang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, pada 20 Mei 2021 tepat berusia 67 tahun, dan kini IP-KI terus berupaya menanamkan semangat Kejuangan di kalangan Pemuda, dan pada Kamis 20 Mei 2021, dari Pukul 15.30 s.d 17.30 WIB, Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional dan HUT IP-KI ke 67 Tahun digelar Webinar Kebangsaan Diskusi Interaktif secara Virtual.

Seminar online tersebut diselenggarakan oleh DPP IP-KI & UNITI bekerja sama dengan Bhakti Untuk Negeri, sementara Topik yang diambil "NAPAK TILAS KEBANGSAAN JENDERAL BESAR AH NASUTION".

Dengan Pembicara Ibu Hendrianti Sahara Nasution (Putri Sulung Jenderal Besar AH Nasution), Prof. Dr. Anhar Gonggong (Sejarawan Indonesia), Bapak Bambang Sulistomo, SIP, M.Si (Ketua Umum DPP IP-KI), Bapak Baskara Sukarya (Ketua Umum UNITI), Bapak M. Fuad Nasar (Sesdirjen Bimas Islam Kemenag RI / Pemerhati Sejarah) dan Host Troy Vladznovsky (Founder Bhakti Untuk Negeri).

Untuk peserta dapat mengikuti Webinar ini, melalui Link zoom serta juga dapat di ikuti melalui Channel YouTube Bhakti Untuk Negeri.

Ketua Umum IP-KI, Bambang Sulistomo, S.IP, MSi, melihat AH Nasution lebih pada sifat kejujuran dan sikap yang sangat aktif karena sebagai Perwira yang dibentuk oleh kennil, yang sangat mumpuni sebagai Tentara Profesional dan mengabdi pada bangsa dan negara, bukan pada golongan.

Sebagai Perwira PETA yang lahir di Sumatera Utara, saat itu AH Nasution bereaksi keras terhadap DPR yang ingin campur tangan terhadap Militer, sehingga terdampak akan jabatannya, hingga sempat dicopot dari jabatannya, namun pada tahun 1954, AH Nasution mendirikan IP-KI untuk membendung gerakan radikal.

Mesti IP-KI pernah menjadi salah satu partai politik di negeri ini, namun saat ini IP-KI tidak akan menjadi Parpol, karena kehidupan politik saat ini sebelum bangsa bisa mewujudkan tegaknya keadilan, IP-KI lebih memilih berjuang diluar legeslatif maupun Pemerintahan, untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat, tegas Putra Bung Tomo yang saat ini sebagai Ketua Umum IP-KI.

Bambang Sulistomo, S.IP, MSi, juga berharap pada para tokoh nasional saat ini untuk bisa memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat, IP-KI prihatin saat ini banyak Tokoh nasional yang memikirkan kelompoknya sendiri, bahkan menyiapkan diri menghadapi Pemilu/Pilpres 2024, dan hari ini kita membahas perjuangan AH Nasution dalam webinar kebangsaan, Karena untuk menghargai jasa-jasa beliau dan terus menanamkan semangat Kejuangan pada seluruh generasi penerus bangsa, tegasnya.

Sejarawan Indonesia Prof Anhar Gonggong dalam paparannya melihat bahwa saat itu dari tahun 1945 sd 1959 merupakan waktu peralihan dan melepaskan diri dari penjajahan Belanda, dan bangsa ini belum punya sistem politik, baik posisi DPR maupun posisi Tentara, karena DPR adalah sifatnya sementara, bahkan sudah muncul pemberontakan-pemberontakan, sementara Politisi belum punya pengalaman dalam berpolitik, sehingga DPR ingin ikut campur pada masalah Tentara, sehingga AH Nasution menolak campur tangan politisi di tubuh Tentara Nasional Indonesia.

Prof Anhar Gonggong juga melihat, bahwa AH Nasution dikenal dekat dengan Ulama di Partai NU, untuk minta masukan Ulama, dalam memberikan masukan kepada Presiden Soekarno, di situlah kita tahu, sikap AH Nasution agar keputusan Pemerintah yang konstitusi juga mendapat dukungan dari Ulama serta Partai Islam, ungkap Prof. Anhar Gonggong.

Hendrianti Sahara Nasution, putra sulung AH Nasution juga mengungkapkan bahwa bapak AH Nasution merupakan sosok yang cinta sejarah, hingga banyak menulis perjuangan beliau sendiri, saya bangga dengan bapak Nasution maupun ibu, yang sama-sama mempunyai cita-cita yang sama demi Kebangsaan, ungkapnya.

M Fuad Nasar (pemerhati sejarah) juga melihat bahwa AH Nasution merupakan sosok Tokoh yang besar, namun memiliki kepedulian kepada generasi muda, sangat terbuka akan pemikiran beliau, dan AH Nasution sebagai tokoh Nasionalis Religius, seorang Prajurit Pejuang, Pemikir serta Pemimpin Bangsa yang punya integritas total.

Dalam pemikirannya AH Nasution melihat bahwa pejuang kemerdekaan adalah menghantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, sementara dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan tugas generasi muda sebagai penerus bangsa.

Dan pendidikan merupakan Sentral untuk menentukan kemajuan suatu bangsa, dimana melalui Pendidikan harus bisa membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter, jujur dan memiliki moralitas perjuangan, AH Nasution merupakan tokoh negarawan yang mementingkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi, ungkap M Fuat Nasar.

link https://www.ip-kinews.com/news-11910-peringati-hut-ke-67-tahun-dan-hari-kebangkitan-nasional-ipki-gelar-webinar-kebangsaan.html

Selasa, 10 November 2020

Bambang Sulistomo : Suara Anak Pejuang Didengar

Bambang Sulistomo : Suara Anak Pejuang Didengar

UnitingIndonesia.com, Jakarta – Bambang Sulistomo, putra dari pejuang dan pahlawan nasional Sutomo, alias Bung Tomo, pejuang Surabaya yang mengobarkan perlawanan kepada pendudukan Sekutu (Belanda dan Inggris).

Sejarah mencatat peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Ditemui di sela-sela acara Webinar, Selasa (10-11-2020) memperingati 100 tahun Bung Tomo, Bambang Sulistomo berharap kepada Pemerintah agar suara anak pejuang dapat didengar dan (biasanya) anak pejuang berpikir pejuang itu seperti orang tuanya.

“Jadi kalau ada anak pejuang yang kritis jangan dinilai melawan pemerintah, jangan dinilai berbeda pendapat itu menentang pemerintah, ajak mereka bicara terutama anak pejuang,” imbuhnya.

Di kesempatan ini juga, Bambang Sulistomo berpesan bahwa sebetulnya semua pihak harus bisa dirangkul dan didengar masukannya oleh Pemerintah.

“Bahkan sebenarnya anaknya nelayan, anaknya buruh dan anaknya guru pun harus di dengar juga," pungkasnya.

link https://unitingindonesia.com/bambang-sulistomo-suara-anak-pejuang-didengar/

Hari Pahlawan: Anak Bung Tomo Kenang Ayah yang Sederhana Banget

Hari Pahlawan: Anak Bung Tomo Kenang Ayah yang Sederhana Banget
Bung Tomo dan putranya, Bambang Sulistomo (sumber foto: validnews.id dan Antara)

GenPI.co - Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November, untuk mengenang sejarah pertempuran 10 November 1945 yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur.

Ketika itu, para tentara dan milisi Indonesia yang pro terhadap kemerdekaan Bangsa Indonesia berperang menghadapi tentara Britania Raya dan Belanda.

Di antara pemuda tersebut, Sutomo atau dikenal dengan Bung Tomo merupakan tokoh yang mampu mengobarkan semangat rakyat untuk bangkit melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Saat momen Hari Pahlawan, putra Bung Tomo yakni Bambang Sulistomo mengenang sosok ayahnya.

Ia mengenang sikap jujur dan terus terang yang dimiliki ayahnya.

"Semua pemimpin negara yang ia kenal tidak luput dari sentilannya," kata Bambang saat menjadi pembicara pada webinar Hari Pahlawan.

Sikap jujur atau terus terang yang dimiliki Bung Tomo menjadikannya begitu dekat dengan salah satu pendiri bangsa yakni Soekarno.

Bambang mengatakan, Bung Tomo pernah satu kapal dengan Soekarno menuju Indonesia Timur. Dalam perjalanan, kerap kali kedua tokoh tersebut bercanda gurau karena saling terbuka dan jujur.

Selain itu, Bambang mengatakan Bung Tomo juga mengajarkan agar menjalani hidup yang sederhana. 

Saking sederhananya, Bambang mengaku seragam sekolahnya dijahit sendiri oleh ibunya karena tidak ingin bergantung pada orang lain.

Sosok pahlawan yang berpidato berapi-api untuk membakar semangat arek-arek Suroboyo, juga pernah mengembalikan mobil dari pemerintah karena tidak sanggup mencicil.

Untuk itu, Bambang berpesan agar kekuatan spiritual bangsa terus dikuatkan, karena saat ini hampir segala sesuatunya diukur dengan material. (*/ant)

link https://www.genpi.co/berita/69844/hari-pahlawan-anak-bung-tomo-kenang-ayah-yang-sederhana-banget

Sabtu, 31 Oktober 2020

Bambang Sulistomo Berkirim Surat untuk Presiden RI

Bambang Sulistomo Berkirim Surat untuk Presiden RI

Merenim PostDALAM momentum peringatan ikrar Pe­mu­da ke-92, putra tokoh Pahlawan Nasional Bung Tomo, Bambang Sulistomo menulis surat kepada Presiden RI, Joko Widodo, atas mencermati kekuatiran masyarakat, sejak lahirnya UU Cipta kerja yang penuh dinamika dan polemik politik kepentingan berbagai pihak.  

“Kami menulis ini bertepatan dengan pe­ringatan Ikrar Pemuda 28 Oktober 1928. Kami mencermati kekuatiran  masyarakat, sejak la­hirnya UU Cipta Kerja,” ujarnya.

Bambang juga mengingatkan, berdasarkan pengalaman masa lalu, saat Politik sebagai Panglima di masa Orde lama. Ekonomi dan Stabilitas Politik sebagai Panglima di masa Orde baru, tanpa dikawal oleh Penegakan hu­kum yang adil, bagaimana hasilnya.

“Kekuatiran itulah, bagaimana bila Inves­tasi menjadi Panglima, tanpa dikawal oleh  hukum yang adil. Oleh sebab itu, Kami mohon Bapak Presiden-Wakil Presiden mengundang pertemuan serentak diantara pendukung dan penolak UU Cipta Kerja. Melibatkan para pe­mimpin buruh, akademisi, mahasiswa/pe­lajar, para tokoh masyarakat/umat beragama,” tandasnya sambil berharap.

Masih menurut Bambang, dengan itu Pre­siden akan mendengar langsung berbagai  pen­dapat mereka. “Sebab ada kesan, bahwa golongan yang menolak UU Cip­ta Kerja tersebut tidak faham isi­nya.  Kesan ini seperti meng­ing­ka­ri rasa-jiwa patriotism, dan So­li­daritas Kebangsaan rakyat yang terbangun sejak 28 Oktober 1928,” ungkap tokoh politik nasional mengakhiri surat­nya.

Salam hormat,

Bambang Sulistomo

Selasa, 20 Februari 2018

UTA 45 Resmi Tunjuk Putra Pahlawan Bung Tomo

UTA 45 Resmi Tunjuk Putra Pahlawan Bung Tomo

JawaPos.com – Universitas 17 Agustus 1945 (UTA 45) mendaulat Bambang Sulistomo, putra pahlawan bangsa Bung Tomo sebagai Ketua Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta.

Penunjukan Bambang bak angin segar di tengah kemelut persoalan hukum dan pendidikan yang menyelimuti bangsa ini.

“Terutama bagi iklim akademis dalam dunia pendidikan di Indonesia,” ujar Pembina Yayasan UTA 45 Jakarta, Rudyono Dharsono di Aula Rapat Yayasan UTA 45 Jakarta, Selasa (20/2).

Menurut Rudyono, apa yang dilakukan yayasan merupakan bentuk apresiasi secara konkret dari lembaga pendidikan untuk menghargai jasa para pahlawannya.

Dilantiknya Bambang sebagai ketua Yayasan UTA 45 diharapkan dapat kembali membakar semangat perjuangan, dan nasionalisme dalam memperjuangkan nilai-nilai Pancasila yang mulai tereduksi di bangsa ini.

“Sekaligus membuka jalan bagi generasi muda Indonesia, terutama para mahasiswa UTA’45 untuk dapat mengikuti secara langsung jejak-jejak perjuangan seorang pahlawan nasional 10 November. Dan itu ada pada pribadi putranya ini,” jelas dia.

Kedepan, dia bertekad menjadikan UTA’45 Jakarta menjadi pelopor pembangunan pendidikan karakter nasionalis mahasiswa/i Indonesia masa kini, menuju Indonesia yang adil dan sejahtera.

link https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/20/02/2018/uta-45-resmi-tunjuk-putra-pahlawan-bung-tomo/

Sabtu, 29 Juli 2017

Putra Bung Tomo Pimpin IPKI Periode 2017-2022

Putra Bung Tomo Pimpin IPKI Periode 2017-2022

Jakarta, Akuratnews.com –  Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) harus melahirkan banyak negarawan guna membantu bangsa ini keluar dari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

Persoalan yang menjadi pro-kontra saat ini seperti Perppu Ormas dan Presidential Threshold bukan untuk diperdebatkan dan pada posisi itu IPKI harus memberikan konstribusi pemikiran agar bangsa ini tidak terbelah.

“IPKI harus menjadi solusi permasalahan bangsa dan hal itu hanya bisa dilakukan jika IPKI mampu melahirkan para negarawan,” ujar Ketua Umum IPKI terpilih Drs. Bambang Sulistomo, M.Sc ketika memberikan sambutan pada penutupan Musyawaran Nasional IPKI di Gedung Joang, Menteng 31, Jakarta, Sabtu (29/7/2017).

Menurut Putra Pahlawan Nasional Bung Tomo ini, agar IPKI bisa tampil menjadi solutif maka perlu peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pengurus dan anggotanya. Dengan SDM yang baik maka IPKI di segenap tingkatan baik pusat maupun daerah akan bisa memberikan rekomendasi-rekomendasi guna membantu pemerintah.

“Munas IPKI nantinya juga akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah di bidang ipoleksosbud,” papar Bambang.

Bambang mengakui bahwa jalannya organisasi memang tidak bisa dilepaskan dari dukungan finansial. Namun demikian, dia memberikan dorongan kepada DPW IPKI agar meski dana terbatas IPKI tetap harus tampil dengan pikiran-pikiran jernih yang mampu diperankannya.

“Pikiran adalah kekuatan, dan kekuatan ini bisa menghasilkan dukungan finansial bagi pelaksanaan program-program IPKI. Ingat uang akan hadir jika pengurus IPKI memiliki integritas dan kepribadian yang baik,” papar Bambang yang pernah menjadi Tahanan Politik era Orde Baru ini.

Dia mengatakan, mengisi kemerdekaan dengan membangun bangsa dan negara. Apa yang kita hadapi yaitu kita harus mengisi kemerdekaan bangsa ini dari kemiskinan, penindasan, perampasan hak-hak tanah rakyat kecil, sikap pengkhianatan. Termasuk di dalamnya kemampuan kita untuk menggali local wisdom atau sikap adi luhung dari setiap daerah.

“Kalau kita tidak berhasil menampilkan local wisdom maka kita tidak akan berhasil menampilkan kebhinekaan kita. Ini yang kita namakan dengan strategi kebudayaan,” tegas Bambang.

Bambang yang pernah menjadi wartawan ini menjelaskan, Strategi Kebudayaan ini nantinya akan menghasilkan budaya pertanian, budaya industri hingga budaya politik.

Musyawarah Nasional IPKI yang dihadiri 15 DPD dari Wilayah Barat, Timur dan Tengah ini menghasilkan tekah penetapan Ketua Umum IPKI yaitu Bambang Sulistomo dan penetapan Ketua Dewan Pembina Prof. DR. M.H. Matondang, MA.

Terkait struktur kepengurusan DPP IPKI, Bambang mengatakan bahwa susunan pengurus DPP akan segera dibentuk setelah mendapatkan masukan dari Ketua Dewan Pembina.

Kegiatan penutupan Munas IPKI 2017 ditandai dengan pengerahan Bendera Pataka IPKI dari Ketua Umum lama Prof Matondan kepada Ketua IPKI baru Bambang Sulistomo.

“Saya berterimkasih atas kepercayaan teman-teman IPKI dari daerah untuk memberikan saya memimpin IPKI. Saya mohon dan dukungannya agar semua cita-cita IPKI bisa kita jalankan bersama dengan baik,” pungkas Bambang. 

link https://akuratnews.com/putra-bung-tomo-pimpin-ipki-periode-2017-2022/